Selasa, 15 November 2011

Kisah Wortel, Telur dan Biji Kopi


Seorang anak mengeluh pada ayahnya tentang hidupnya yang sulit. Ia tidak tahu lagi harus berbuat apa dan ingin menyerah saja. Ia lelah berjuang. Setiap saat satu persoalan terpecahkan, persoalan yang lain muncul.
Ayahnya, seorang juru masak, tersenyum dan membawa anak perempuannya ke dapur. Ia lalu mengambil tiga buah panci, mengisinya masing-masing dengan air dan meletakkannya pada kompor yang menyala. Beberapa saat kemudian air dalam panci-panci itu mendidih.

 
Pada panci pertama, ia memasukkan wortel. Lalu, pada panci kedua ia memasukkan telur. Dan, pada panci ketiga ia memasukkan beberapa biji kopi tumbuk. Ia membiarkan masing-masing mendidih.
Selama itu ia terdiam seribu bahasa. Sang anak menggereget gigi, tak sabar menunggu dan heran dengan apa yang dilakukan oleh ayahnya.
Dua puluh menit kemudian, sang ayah mematikan api. Lalu menyiduk wortel dari dalam panci dan meletakkanya pada sebuah piring. Kemudian ia mengambil telur dan meletakkanya pada piring yang sama. Terakhir ia menyaring kopi yang diletakkan pada piring itu juga.
Ia lalu menoleh pada anaknya dan bertanya, “Apa yang kau lihat, nak?”
“Wortel, telur, dan kopi, ” jawab sang anak. Ia membimbing anaknya mendekat dan memintanya untuk memegang wortel. Anak itu melakukan apa yang diminta dan mengatakan bahwa wortel itu terasa lunak.
Kemudian sang ayah meminta anaknya memecah telur. Setelah telur itu dipecah dan dikupas, sang anak mengatakan bahwa telur rebus itu kini terasa keras.
Kemudian sang ayah meminta anak itu mencicipi kopi. Sang anak tersenyum saat mencicipi aroma kopi yang sedap itu.
“Apa maksud semua ini, ayah?” tanya sang anak.
Sang ayah menjelaskan bahwa setiap benda tadi telah mengalami hal yang sama, yaitu direbus dalam air mendidih, tetapi selepas perebusan itu mereka berubah menjadi sesuatu yang berbeda-beda.
Wortel yang semula kuat dan keras, setelah direbus dalam air mendidih, berubah menjadi lunak dan lemah.
Sedangkan telur, sebaliknya, yang semula mudah pecah, kini setelah direbus menjadi keras dan kokoh.
Sedangkan biji kopi tumbuh berubah menjadi sangat unik. Biji kopi, setelah direbus, malah mengubah air yang merebusnya itu dengan aroma yang sedap.
“Maka, yang manakah dirimu?” tanya sang ayah pada anaknya.
“Di saat kesulitan menghadang langkahmu, perubahan apa yang terjadi pada dirimu? Apakah kau menjadi sebatang wortel, sebutir telur atau biji kopi?”



Kamis, 10 November 2011

Cara Mendeteksi Kebohongan

Siapapun pasti tidak suka saat dibohongi. Tapi, tidak dipungkiri juga kalau kita juga pernah atau bahkan suka berbohong. Nah, kali ini, World Entertainment akan membahas tentang cara mendeteksi kebohongan atau cara mengetahui orang berbohong. Pengetahuan ini sangat berguna bagi siapa saja, apakah itu guru, manajer, pengusaha, polisi, bahkan buat para youngers. Pengetahuan ini bisa membantu anda untuk mendeteksi kebohongan di sekitar anda.


Prinsip deteksi kebohongan ini adalah meninterpretasikan atau mengartikan sebuah sinyal-sinyal kecil yang dikeluarkan tubuh, baik itu bahasa tubuh, gerakan, dan isyarat-isyarat verbal yang mungkin mengindikasikan seseorang sedang melakukan kegiatan yang disebut Berbohong.




Berikut ini beberapa bahasa tubuh yang mungkin keluar dari orang yang tengah berbohong :
  • Ekspresi fisik akan terbatas dan kaku, dengan hanya sedikit  melakukan gerakan tangan ataupun kaki.
  • Seseorang yang berbohong biasanya akan menghindari kontak mata.
  • Tangan menyentuh wajah mereka, tenggorokan dan mulut. Menyentuh atau menggaruk hidung atau memegang belakang telinga mereka.  
  • Biasanya seseorang yang berbohong akan terjadi delay antara kata-kata yang di ucapkan dengan ekspresi wajahnya. Misal seseorang mengatakan "Aku Menyukai ini!" saat menerima hadiah, dan baru kemudian tersenyum, biasanya mengindikasikan bahwa orang tersebut tengah berbohong. Beda dengan jika dia tersenyum sambil berkata "Aku Menyukai ini!"

Kisah Air dan Besi


Ada dua buah benda yang bersahabat karib yaitu besi dan air. Besi seringkali berbangga akan dirinya sendiri. Ia sering menyombong kepada sahabatnya : “lihat ini aku, aku kuat dan keras. aku tidak seperti kamu yang lemah dan lunak.” Air hanya diam saja mendengar tingkah sahabatnya.
Suatu hari besi menantang air berlomba untuk menenembus suatu gua dan mengatasi segala rintangan yang ada di sana. Aturannya : “barang siapa dapat melewati gua itu dengan selamat tanpa terluka maka ia dinyatakan menang.”
Rintangan pertama mereka ialah mereka harus melalui penjaga gua itu yaitu batu-batu yang keras dan tajam. Besi mulai menunjukkan kekuatannya, ia menabrakkan dirinya ke batu-batu itu. Tetapi karena kekerasannya, batu-batuan itu mulai runtuh menyerangnya dan besipun banyak terluka disana sini karena melawan batu-batuan itu.
Air melakukan tugasnya, ia menetes sedikit demi sedikit untuk melawan bebatuan itu, ia dengan lembut mengikis bebatuan itu sehingga bebatuan lainnya tidak terganggu, ia hanya melubangi seperlunya saja untuk lewat tetapi tidak merusak yang lainnya.

Score air dan besi 1:0 untuk rintangan ini atas kemenangan air.
Rintangan kedua mereka ialah mereka harus melalui berbagai celah sempit untuk tiba di dasar gua. Besi mengubah dirinya menjadi mata bor yang kuat dan ia mulai berputar untuk menembus celah-celah itu. Tetapi celah-celah itu cukup sulit untuk ditembus, semakin keras ia memutar memang celah itu semakin hancur tetapi ia pun juga semakin terluka.
Air dengan santainya merubah dirinya mengikuti bentuk celah-celah itu. Ia mengalir santai dan karena bentuknya yang bisa berubah ia bisa dengan leluasa tanpa terluka mengalir melalui celah-celah itu.